[Book Review] Janji Bunga Matahari (Himawari no Yokusoku) - Koko Ferdie
Judul : Janji Bunga Matahari (Himawari no Yokusoku)
Penulis : Koko Ferdie
Penerbit : Diandra Kreatif
Terbit : 2016
Tebal : 121 halaman
Finally, setelah genap satu bulan novel ini berada di tangan saya, akhirnya saya bisa juga merampungkan baca. Saya pikir karena kebanyakan beli kitab, saya jadi susah menyelesaikan baca buku sampai akhir. Haha #apaanbanget
Yep, Janji Bunga Matahari (Himawari no Yokusoku) memang ber-setting di Jepang. Makanya saya tertarik buat beli. Langsung dari penulisnya, lagi. Ceritanya sendiri, menurut saya sih, simpel. Daripada novel, mungkin lebih tepat disebut sebagai novelet kali, ya?
[ Bonusnya, Mbakbro ] |
Buku ini mengisahkan tentang Tomomi Kawaguchi yang bersekolah di Koishitai Gakuen. Koishitai Gakuen terletak di Chiba, jauh dari tempat tinggalnya di Kyoto. Alasan Tomomi memilih Koishitai Gakuen adalah karena ia ingin menjauh dari ibunya. Ia merasa ibunya tidak adil karena tidak mau berterus terang tentang siapa ayah kandung Tomomi. Selain alasan itu, di Chiba ada sebuah kebun bunga matahari bernama Yume Bokujo. Jadi, sewaktu-waktu Tomomi bisa mengunjungi tempat itu.
Di Koishitai Gakuen, Tomomi bertemu dengan Haruna. Seorang gadis yang beralasan ingin mengejar cinta pertamanya dengan bersekolah di sana. Makoto Miura, kapten senior klub basket Koishitai Gakuen.
Saat dalam perjalanan di hari pertamanya masuk sekolah, Tomomi bertemu dengan seorang pemuda yang diusir dari rumah. Tanpa sengaja, Tomomi menemukan gantungan kunci berbentuk lonceng milik pemuda itu. Sebuah awal kejadian yang akan mengantarkannya untuk mengetahui kenyataan yang selama ini dirahasiakan oleh ibunya.
Saat dalam perjalanan di hari pertamanya masuk sekolah, Tomomi bertemu dengan seorang pemuda yang diusir dari rumah. Tanpa sengaja, Tomomi menemukan gantungan kunci berbentuk lonceng milik pemuda itu. Sebuah awal kejadian yang akan mengantarkannya untuk mengetahui kenyataan yang selama ini dirahasiakan oleh ibunya.
Konfliknya ringan. Namun, sukses mengaduk-aduk perasaan. Seperti misal adegan saat Makoto mencium Tomomi tiba-tiba (God, ane juga kaget waktu itu, wkwk) dan tanpa sengaja Haruna melihatnya. Dan akhirnya Haruna memilih untuk menjauh dari Tomomi.
Rasa-rasanya, persahabatan antara Haruna dan Tomomi memang lebih dominan mengisi jalan cerita. Ada beberapa scene yang berhasil membuat saya terharu. Seperti ketika Haruna gagal menjadi manajer klub basket. Dan dia sedih. Terus lari ke kamar mandi. Tomomi nyusul dan menunggu sampai Haruna keluar.
Dan, well, inilah kata-kata yang cukup membekas di hati saya :
"Kenapa kau tidak pernah menceritakan masalah pribadimu, Tomo-chan? Jika suatu hari ada yang melukai serta tidak mempercayaimu lagi, mungkin kau butuh seseorang yang tahu banyak tentangmu dan membelamu di baris paling depan. Mungkin, sosok itu aku, sahabatmu. Tidakkah kau ingin bercerita dan membagi sedikit bebanmu padaku?" (Haruna to Tomomi -hlm 60)
Secara keseluruhan, saya suka ceritanya. Atmosfir Jepangnya sudah lumayan terasa. Kelihatannya penulis survey bener-bener mengenai tempat-tempat yang dimunculkan dalam novel. Penggunaan bahasa Jepangnya juga lumayan. Tapi, sayang nggak ada footnote nya. Kayak novel Incognito - Windhy Puspitadewi (novel ini dominan bahasa Belanda dan sama sekali nggak ada footnote-nya, haha).
Saya agak sedikit kecewa sama ending-nya. Padahal udah suka sama tokoh Miura (jadi keinget aa Haruma Miura, deh) dan jatuh cinta sama Yulya, si cowok dingin pembuat komik. Haha. Tomomi justru sama... sama siapa, ya? Siapa hayoo? Ciee penasaran. Baca sendiri, deh. Wkwk.
Saya kasih rate 3.8 dari 5 bintang, ya.
NB : Buku ini cocok dibaca di malam hari yang damai, ditemani segelas teh dan satu mangkuk jambu biji.
Credit Photo : By Me (Arazh - Kunea)
[ Dinikmati aja, wkwk ] |
Rasa-rasanya, persahabatan antara Haruna dan Tomomi memang lebih dominan mengisi jalan cerita. Ada beberapa scene yang berhasil membuat saya terharu. Seperti ketika Haruna gagal menjadi manajer klub basket. Dan dia sedih. Terus lari ke kamar mandi. Tomomi nyusul dan menunggu sampai Haruna keluar.
Dan, well, inilah kata-kata yang cukup membekas di hati saya :
"Kenapa kau tidak pernah menceritakan masalah pribadimu, Tomo-chan? Jika suatu hari ada yang melukai serta tidak mempercayaimu lagi, mungkin kau butuh seseorang yang tahu banyak tentangmu dan membelamu di baris paling depan. Mungkin, sosok itu aku, sahabatmu. Tidakkah kau ingin bercerita dan membagi sedikit bebanmu padaku?" (Haruna to Tomomi -hlm 60)
Secara keseluruhan, saya suka ceritanya. Atmosfir Jepangnya sudah lumayan terasa. Kelihatannya penulis survey bener-bener mengenai tempat-tempat yang dimunculkan dalam novel. Penggunaan bahasa Jepangnya juga lumayan. Tapi, sayang nggak ada footnote nya. Kayak novel Incognito - Windhy Puspitadewi (novel ini dominan bahasa Belanda dan sama sekali nggak ada footnote-nya, haha).
Saya agak sedikit kecewa sama ending-nya. Padahal udah suka sama tokoh Miura (jadi keinget aa Haruma Miura, deh) dan jatuh cinta sama Yulya, si cowok dingin pembuat komik. Haha. Tomomi justru sama... sama siapa, ya? Siapa hayoo? Ciee penasaran. Baca sendiri, deh. Wkwk.
Saya kasih rate 3.8 dari 5 bintang, ya.
NB : Buku ini cocok dibaca di malam hari yang damai, ditemani segelas teh dan satu mangkuk jambu biji.
Credit Photo : By Me (Arazh - Kunea)
6 komentar
Bukunya Mas Koko Ferdie! :D Aku baca cuma Membagi Rindu. Pengen baca yang ini. Pinjemin dong? wkwkwkwkwk (Ngarep)
ReplyDeleteKe sini mak kalo mau minjem. Ntar tak kasih pinjem buku yang lain-lain juga :v
DeleteKalau abis umroh aja, Nir. :v Wkwkwkwkwkwkwk (Entah Kapan)
DeleteTak aamiini wae mak. Rejeki orang kan udah ada yang ngatur. Kalo udah berhasil, bakal tak tagih janjimu, ndeee. Wkwkw.
Deletenah tuh adegannya itu lho (secara tiba")
ReplyDeleteendingnya membuat mbk kecewa, tp blm tentu yg lainnya kecewa :D
Wkwk. Yaa sudahlaah. Baca sendiri aja deh kalo gitu.
DeleteAtau mau pinjem juga? :v