It's Not Just A Hobby, It's Life!
Sampai
sekarang, bahkan ketika saya merasa ada hobi-hobi lain yang lebih nge-hits dan
kekinian, seperti traveling, kuliner, dan kanca-kancanya, saya lebih memilih
untuk menghabiskan waktu luang dengan membaca.
Kenapa
membaca? Well, setiap orang pasti memiliki alasan berbeda mengapa mereka lebih
suka berdiam di kamar dengan setumpuk buku daripada pergi ke tempat-tempat baru
yang -tentu saja- pasti mengasyikkan.
Begitu
pula saya.
Sewaktu
kecil, saya senang sekali membeli komik saku berukuran 15 x 10 cm yang dijual
oleh abang-abang pedagang keliling. Kebanyakan komiknya berisi cerita hantu
yang jalan ceritanya simpel dan cukup mudah dimengerti oleh anak-anak. Mulai
dari situlah, saya kemudian tertarik dengan segala hal yang berkaitan dengan
cerita. Setiap kali saya menemukan buku, saya pasti membacanya. Tujuannya, ya
hanya satu : menemukan cerita yang menarik.
Saat
masuk ke kelas 2 SD, Ibu Guru yang sampai sekarang masih saya ingat nama dan
[sedikit] ciri-cirinya, meminjamkan kami buku-buku cerita untuk dibaca di
rumah. Kami boleh memilih sendiri dan boleh meminjam lebih dari satu. Oke, tak
ada yang lebih membahagiakan bagi seorang penikmat kata selain mendapatkan buku
yang bagus untuk diajak menghabiskan waktu senggang bersama.
Bukankah
begitu?
Sampai
SMP, saya masih menekuni hobi tersebut. Apalagi saat SMP, disediakan
perpustakaaan yang luas dan bukunya juga lumayan lengkap. Kebanyakan buku yang
saya baca adalah novel. Novel teenlit especially dan beberapa novel fantasy.
Sempat membaca beberapa novel sastra seperti Layar Terkembang, Siti Nurbaya,
Salah Asuhan, Merahnya Merah dan judul-judul lain yang sampai saat ini belum
berhasil saya ingat [hehehe, xD].
Memasuki
dunia kerja, well, cukup sulit untuk ‘menyempatkan diri’ untuk
membaca. Atau minimal, sekedar membuka-buka buku. Yah, karena
kesibukan baru dan masih perlu waktu untuk beradaptasi dengan keadaan.
Ditambah dengan ketiadaan fasilitas ‘meminjam buku gratis’. Jadilah,
untuk beberapa saat off menjadi pembaca. Paling hanya sekedar
baca-baca notes di Facebook atau baca-baca thread di
Kaskus.
Sekarang,
ketika sudah berhasil menyesuaikan, saya ‘memulai lagi’ hobi membaca saya.
Prinsip saya hanya satu : membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca,
kita bisa menyambangi Jepang, Jerman, negara-negara di Eropa, Bali, Lombok
walaupun hanya lewat deskripsi dan gambar. Tapi, bukankah itu lebih baik
daripada tidak sama sekali?
Orang
yang suka membaca, wawasannya tentu bisa bertambah luas. Karena setiap penulis menginginkan
buku yang ditulisnya bermanfaat bagi pembaca. Jadi, tidak mungkin bukunya
ditulis dengan asal-asalan. Setidaknya, ada pelajaran yang bisa
kita ambil dari sebuah buku, walaupun itu dari sebuah novel
fiksi sekalipun.
Bagi
seseorang yang gila buku [mungkin saya juga termasuk], ia tidak akan segan
mengeluarkan dana banyak untuk membeli buku yang diinginkannya. Sama halnya
seperti seseorang yang hobi traveling, ia juga akan rela merogoh kocek demi
mendapatkan liburan yang menyenangkan.
Setidaknya,
ada 3 judul buku baru setiap bulannya. Yaa, walaupun 3 judul kadang tidak habis
dibaca dalam waktu satu bulan. Hahaha. Namun, prinsip saya, setidaknya harus
ada satu buku yang selesai saya baca dalam kurun waktu satu bulan.
Sampai
saat ini, saya masih suka membaca novel ber-genre teenlit. Namun,
sekarang, saya sedang keranjingan dengan novel fantasy anak-anak
seperti Spellbinder, The Hobbit, Peterpan, Midnight for Charlie Bones dan
ketujuh seri The Chronicles of Narnia. Untuk ke depannya mungkin akan mencoba
naskah yang agak berat seperti Babad Tanah Jawi, The Lost City of Z, Sybil dan
Angela’s Ashes.
[ My Collection ] |
Oke,
sejujurnya, alasan saya suka membaca adalah karena dengan membaca, kita bisa
berimajinasi dan pergi ke tempat-tempat baru tanpa harus keluar dari kamar yang
nyaman [kebanyakan orang-orang yang gila baca, punya imajinasi yang
tinggi]. Tak butuh sunset di atas gunung, atau pasir
pantai putih yang berkilau, atau makanan-makanan mahal, cukup sebuah buku keren
dan secangkir teh di sore hari yang senyap dan damai.
See? Bukankah bahagia itu sederhana?
Tapi,
bukan hanya karena saya suka membaca, saya jadi tidak suka traveling. Ada
kalanya, saya juga ingin pergi ke tempat-tempat yang sejuk, hijau dan indah
untuk menghilangkankan stress yang kadang bisa menjalar sampai
ke ubun-ubun. Lain kali, anak gunung, anak mall, anak pantai dan anak-anak yang
lain, perlu juga membaca buku, agar isi otaknya tidak cetek. Hehehe.
Bagi
saya, membaca kini bukan lagi menjadi sebuah hobi. Tapi, sudah merupakan bagian
dari hidup. Apalagi, sekarang sudah banyak terbit e-book, berbagai
macam thread yang ceritanya lumayan seru, jadi yang nggak suka
nentengin buku, bisa baca lewat smartphone.
Tapi,
sejujurnya, saya lebih suka membaca buku cetak. Karena kalau dilihat orang,
jadi kelihatan pinter. Hahaha [bagian yang ini, abaikan saja].
NOTE
:
Tulisan
ini diikutsertakan dalam lomba menulis di blog mukhofasalfikri.com dengan
tema Menulis Pengalaman Membaca
Sponsored
by :
0 komentar