Nama Sweta Kartika mungkin tidak asing lagi bagi penggemar komik dan cerita-cerita horor. Yup, komiknya yang berjudul Kemala & Journal of Terror masuk ke Webtoon original dan bisa kalian baca menggunakan Daily Pass. Selain itu, buku cetaknya dengan judul yang sama, Journal of Terror juga sudah terbit di tahun 2020 di bawah naungan Penerbit Clover.
Nah, kali ini, saya akan me-review buku Mas Sweta Kartika yang berjudul Lewat Tengah Malam - Ganjil. Apakah akan ada buku keduanya yang berjudul Lewat Tengah Malam - Genap? Apabila iya, tentunya sayang apabila dilewatkan, hehe. Namun, cek di Google sepertinya yang versi Genap masih belum ada hilalnya.
Judul: Lewat Tengah Malam
Penulis: Sweta Kartika
Penerbit: Penerbit Clover
Cetakan Kedua : 2023
Tebal: 220 hlm.
Harga P. Jawa: Rp 68.000
Buku ini berisi lima kisah mengerikan yang berhubungan dengan ilmu klenik (dukun, santet, pesugihan, tempat bertuah, dll). Mulai dari latar cerita, narasi dan dialog yang digunakan, sangat mendukung dan berhasil menciptakan atmosfer horor bagi para pembaca.
Secara keseluruhan, saya suka dengan kelima cerita dalam buku Lewat Tengah Malam. Namun, ada dua cerita yang sangat membuat saya terkesan. Banjir Darah di Singgasana Lurah dan Kebacut. Dua cerita ini memang memiliki porsi halaman lebih banyak daripada cerita lainnya. Namun, walaupun begitu, tak membuat saya bosan, malah penasaran bagaimana dengan akhir kisah si tokoh utama.
Banjir Darah di Singgasana Lurah, kalau mengingat cerita ini, saya merinding betul. Jadi, tokoh utama dalam cerita ini adalah seorang anak yang bernama Bayu yang masih duduk di kelas 2 SMP. Selama ini, di desanya hanya ada calon tunggal ketika pemilihan Lurah. Namun, tiba-tiba, Bapaknya mencalonkan diri menjadi Lurah yang menyebabkan keluarga mereka berakhir tragis.
Penggunaan ilmu magis untuk mempertahankan jabatan sudah menjadi rahasia umum, begitu pula dalam cerita ini. Kubu lawan mengirimkan guna-guna ke keluarga Bayu. Bapak, Ibu dan kakak Bayu pun terkena imbasnya. Hari demi hari, Bayu harus mengalami teror demi teror. Mulai dari bapaknya yang bertingkah aneh, ibunya yang kesurupan, hingga kakaknya yang mengalami luka di bagian kemaluannya. Kengerian itu terus berlanjut hingga hari pencoblosan.
Hingga akhirnya, banjir darah di saat hari pencoblosan pun terjadi. Bayu bertekad untuk membalas dendam. Apakah dendam Bayu terbalaskan? Baca ceritanya sendiri ya, guys. Dijamin merinding disko. Saya ngebayangin gimana takutnya dan perasaan-perasaan yang dialami Bayu. Bonding yang diciptakan Mas Sweta antara tokoh dengan pembacanya berhasil banget. Apalagi kalo kalian bacanya pas tengah malam, beuh. Ga ada lawan!
Selain Banjir Darah di Singgasana Lurah, ada satu cerita lagi yang membuat saya benar-benar nggak habis fikri, eh pikir. Yaitu, Kebacut. Ini isinya tentang tiga sekawan yang mencari pesugihan karena usaha mereka ditipu orang. Sesuai judulnya, tokoh utama dalam cerita ini memang kebacut. Kebacut merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti keterlaluan, terlanjur dan melebihi batas. Wis pokoke kebacut tenan!
Bagi kalian yang suka banget sama cerita horor, buku ini highly recommended buat dijadikan koleksi. Pembawaan ceritanya mengalir, penggunaan POV 1 juga membuat pembaca semakin menyelami isi pikiran dan perasaan-perasaan si tokoh. Harganya pun cukup murah dengan ukuran buku setebal itu. Btw, setelah membaca buku ini, saya jadi ngefans dan berniat untuk membeli buku-buku Mas Sweta Kartika yang lain. Loh, jadi curhat, wkwk. []
Rate : 1000/ 10.
Credit Photo:
Personal Collection by Me (Nira Kunea)