Sewu Dino, yang berarti 1000 hari, merupakan sebuah santet kuno yang konon bisa melenyapkan satu trah keluarga. Santet Sewu Dino adalah santet yang tidak sembarang orang mau melakukannya. Selain mendatangkan petaka, bila seseorang gagal menunaikan santet tersebut, maka harus dibayar mahal dengan nyawa seluruh keturunannya. Kurang lebih begitulah penjelasan mengenai santet Sewu Dino di akun Twitter pribadi milik SimpleMan.
Yup, selain KKN Desa Penari, ternyata SimpleMan mempunyai thread horor lainnya loh! Salah satunya berjudul Sewu Dino. Karena penasaran dan lagi males scroll HP, jadi melipir ke Gramedia aja deh beli versi cetaknya sambil cuci mata, xixixi.
Judul: Sewu Dino
Penulis: Simpleman
Penerbit:Bukune
Cetakan Pertama: 2019
Tebal: 236 hlm.
Harga: IDR 82.500 (P. Jawa, May 2022)
"Di dalam ruangan inilah nanti kamu bekerja," ucap Mbah Tamin sambil membuka pintu. Seketika, bau busuk langsung tercium. Sri mematung. Di depannya terbujur seorang perempuan, dikurung dalam kerangka keranda mayat. Tubuhnya kurus dan pucat. Badannya dipenuhi borok dan nanah. Tak hanya itu, perutnya juga besar seperti orang hamil.
Tidak peduli Sri yang ketakutan, Mbah Tamin melanjutkan penjelasannya, "Dia adalah Dela Atmojo, anak yang harus kamu rawat sampai waktunya tiba. Ia dikirimi kutukan santet sewu dino. Santet yang sudah merenggut nyawa hampir seluruh anggota keluarga Atmojo!"
Kisah bermula dari seseorang yang bernama Sri. Sri tinggal di sebuah desa dan bekerja sebagai penjaga warung makan. Suatu hari, Sri ingin mencari pekerjaan lain untuk membantu ekonomi keluarganya. Dari situlah dia mulai mengirimkan berkas-berkas lamaran ke beberapa lowongan. Lewat bantuan Mbak Menik, salah satu tetangganya, akhirnya Sri mendapatkan panggilan interview untuk menjadi pembantu rumah tangga.
Saat interview berlangsung, tak banyak yang ditanyakan oleh tim interview. Hanya menanyakan tanggal lahir dalam tanggalan Jawa. Dari sini sebenarnya Sri sudah merasakan keanehan karena dia langsung diterima. Namun, mengingat besarnya gaji yang dijanjikan oleh keluarga Atmojo (gaji awal sepuluh juta dan yang dijanjikan oleh keluarga Atmojo adalah dua kali lipatnya) dia jadi berpikir dua kali dan siap menanggung semua konsekuensi.
Tokoh Sri ini, cukup berani dan cenderung kepo kalau kata anak muda jaman sekarang. Dia ingin tahu banyak mengenai apa yang sebenarnya terjadi, apa yang telah dilakukan keluarga Atmojo hingga mereka dikirimi santet Sewu Dino.
Asli sih, novel ini bikin penasaran parah. Buka halaman pertama di jam setengah dua belas malam dan nggak bisa berhenti baca sampai akhirnya selesai di jam dua pagi padahal paginya kerja, hahaha. Memang, cerita di setiap halaman bikin enggan meletakkan bukunya sebelum selesai. Teka-teki, horor dan tegangnya berasa banget. Sampe dua hari setelahnya mau ke kamar mandi sendiri nggak berani, cok. Wkwkwk.
[ Ilustrasi Rumah di Tengah Hutan ] |
Di buku ini sebenarnya sudah ketahuan pihak mana yang antagonis. Namun, framing-nya dibuat seolah keluarga Kuncoro (pihak yang mengirim santet Sewu Dino) yang jahat, karena di masyarakat, keluarga Atmojo lebih dikenal. Di awal sudah dijelaskan bahwa santet Sewu Dino tidak akan dilakukan oleh sembarang orang karena harus dibayar dengan nyawa seluruh keturunannya apabila gagal ditunaikan. Jadi, si Pengirim santet ini tentunya memiliki dendam yang sudah tak terkira besarnya sehingga mau melakukan santet Sewu Dino.
Seriusan sih, praktik santet-menyantet ini sangat kejam dan ngeri banget karena bisa melenyapkan satu keluarga bahkan sampai keturunan terakhirnya! Kalau ini memang beneran kisah nyata, yah nggak menutup kemungkinan sih kalau cerita ini nyata, karena ada banyak hal-hal di dunia ini yang tidak kita tau. Wallahu alam.
Kadang saya sempat berpikir, apa tidak bisa kita hidup berdampingan dengan damai tanpa harus ada pertumpahan darah demi kedudukan/ pandangan yang tinggi di masyarakat. Karena pihak yang kalah, keturunannya akan benar-benar habis. Merinding banget, cuy. By the way, spoiler dikit, di buku ini di beberapa bagian ada adegan gore-nya walau nggak terlalu parah. Cuman ya, bagi saya itu lumayan disturbing.
At least, novel ini bagus. Gaya penceritaannya juga nggak kaku, mengalir sampai-sampai kayak kebawa masuk ke dalam ceritanya. Hanya saja, di beberapa part akhir, sepertinya editor-nya ada salah pengetikan nama dan bikin saya cukup bingung, wkwk.
Saya kasih rate 8.5/10 untuk buku ini. Bukan hanya karena saya pencinta horor, tapi karena keberhasilan Simpleman menghadirkan suasana mencekam saat membaca bukunya. Ngeri abiezz.
Next, mungkin akan lanjut baca Janur Ireng karena masih penasaran cerita dari sudut pandang keluarga Kuncoro.
Credit Photo:
1. Personal collection & design by Me - Nira Kunea
Next, mungkin akan lanjut baca Janur Ireng karena masih penasaran cerita dari sudut pandang keluarga Kuncoro.
Credit Photo:
1. Personal collection & design by Me - Nira Kunea
2. Photo from Canva