Review Film KKN Desa Penari (2022)
KKN Desa Penari, mungkin bagi sebagian teman-teman, sudah tak asing lagi dengan judul itu. Yup, trit yang bermula dari akun SimpleMan di Twitter itu sempat booming di tahun 2019 bahkan sampai versi cetaknya diterbitkan. Dan sekarang, di tahun 2022 ini, trit tersebut sudah difilm-kan dan berhasil menarik sekitar tujuh juta penonton sejak penayangannya pertama kali pada 30 April 2022.
Sejujurnya, saya belum membaca trit-nya di Twitter karena memang saat itu kurang tertarik walaupun saya adalah pencinta horor. Awalnya saya nggak tau kalo KKN Desa Penari ini bakal di-filmkan. Saat saya scroll Tiktok, kok beranda tiba-tiba isinya KKN semua dan heboh banget, wkwk. Karena penasaran, akhirnya ngajak doi nonton di bioskop terdekat.
Karena sepertinya rame banget dan banyak yang pengen nonton, akhirnya kami memutuskan untuk pesan tiket secara online via M-tix. Bagi teman-teman yang malas antri dan takut nggak kebagian tiket untuk film terbaru, pesan tiket via online bisa jadi solusi, loh. Setelah checkout, nantinya akan dapat barcode yang bisa langsung di scan di mesin tiket tanpa perlu antri lagi.
Untuk ceritanya sendiri, mungkin beberapa sudah ada yang pernah baca tritnya. Menceritakan tentang sekelompok mahasiswa yang melaksanakan KKN di sebuah desa terpencil. Saya menyebut terpencil karena akses menuju desa tersebut harus melewati hutan dan kalau digambarkan di film, listrik juga masih terbatas di sana. Sekelompok mahasiswa itu adalah Nur, Widya, Bima, Ayu, Anton dan Wahyu.
Pas nonton itu, saya sama sekali belum baca tritnya. Dan ternyata setelah baca, ada beberapa adegan dalam trit yang nggak ada dalam film, dan ada adegan yang menurut saya beda dengan versi trit. Namun, terlepas dari itu, saya cukup menikmati filmnya, sih. Bagi yang mau nonton filmnya, disarankan untuk baca tritnya juga.
Dari segi jalan cerita di film, cukup mudah dimengerti. Walaupun ada beberapa perpindahan adegan yang terkesan kayak lompat-lompat. Atmosfer horornya cukup terasa, jump scare-nya lumayan bikin kaget. Serta alunan musik, lagu-lagu khas sinden dan suara gamelan juga bakal bikin kamu merinding. Yang paling penting, sih, pesan moral di film ini dapet banget. Di mana bumi berpijak di situ langit dijunjung. Di mana pun kamu berada, sudah sepatutnya untuk menghormati dan mengikuti adat istiadat di tempat tersebut.
Kalo I would say sih, saya akan kasih 7/10 untuk film ini karena kesuksesannya menghadirkan suasana horor. Namun, saya merasa ada beberapa teka-teki yang belum ada penjelasannya baik di film maupun di trit. Menurut kamu bagaimana?
* Sumber gambar:
0 komentar